PEMENANGNYA!!!
Apasih Analisa SWOT itu?
Metode yang digunakan perusahaan untuk menganalisis strategi, baik secara internal maupun eksternal, bertujuan untuk mendukung kepentingan bisnis perusahaan tersebut. Setiap perusahaan pasti memiliki kebijakan terkait pengelolaan tim manajemen internal serta program yang akan dipasarkan kepada publik. Dalam melakukan analisis, perusahaan sering menggunakan Analisis SWOT, yang mencakup empat komponen: kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats). Keempat faktor ini membentuk dasar Analisis SWOT.
SWOT melibatkan penetapan tujuan spesifik untuk spekulasi bisnis atau proyek serta identifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan menghambat pencapaian tujuan tersebut. Proses ini akan lebih jelas jika dibahas menggunakan tabel di atas kertas besar, sehingga dapat dianalisis dengan baik hubungan antar setiap aspek.
Keempat faktor tersebut dapat dianalisis untuk menciptakan atau mengevaluasi peluang yang ada, sebagai berikut:
1. Kekuatan (strengths): Perusahaan dapat menyusun strategi dengan menganalisis kekuatan internal produk dan tim serta membandingkannya dengan kekuatan perusahaan lain, sehingga mampu mengukur kapasitas untuk bersaing.
2. Kelemahan (weaknesses): Perusahaan harus mampu mengevaluasi kelemahan untuk merumuskan strategi agar dapat bersaing secara efektif.
3. Peluang (opportunities): Kemampuan untuk menciptakan dan mengidentifikasi peluang baru.
4. Ancaman (threats): Ancaman, baik yang bersifat internal maupun eksternal, selalu ada; oleh karena itu, manajemen perlu dapat mendeteksi ancaman, sekecil apapun, agar perusahaan tetap beroperasi sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan.
Oleh karena itu, dalam perusahaan, langkah-langkah untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan, baik secara internal maupun eksternal, serta peluang dan ancaman yang dapat dimanfaatkan harus ditentukan. Selanjutnya, evaluasi terhadap faktor-faktor yang telah diidentifikasi dilakukan berdasarkan dampaknya. Mengembangkan strategi yang sesuai dengan kondisi internal dan eksternal serta melakukan pemantauan secara berkala untuk mengukur keberhasilan dan melakukan perbaikan jika diperlukan adalah langkah penting dalam proses ini.
Apa sih Mice dan EO itu?
Apa itu MICE? Mungkin istilah MICE masih asing di telinga kita. Namun, ketika orang menyebut kata EO, kita lebih mudah memahaminya. Secara spesifik, MICE merupakan industri yang menyelenggarakan acara formal, seperti pertemuan bisnis, konferensi, pameran, dan kegiatan insentif. Sementara itu, Event Organizer adalah perusahaan yang menyediakan layanan teknis untuk mengatur jalannya sebuah acara.
Menurut Pendit (1999:25), MICE mencakup usaha jasa konvensi, perjalanan insentif, rapat, dan pameran, yang secara umum memberikan layanan untuk kegiatan pertemuan kelompok, baik skala kecil maupun besar, dengan tujuan membahas kepentingan bersama. MICE sendiri merupakan singkatan dari Meeting, Incentive, Conference, dan Exhibition. Dalam industri MICE, tahapan persiapan pelaksanaan kegiatan, menurut Kesrul (2004:9), mencakup beberapa aspek penting, seperti penetapan lokasi, peralatan fasilitas, transportasi, pelayanan makanan dan minuman, serta akomodasi.
Sebagai pelaksana, EO memiliki tahapan tersendiri, yaitu membuat konsep kreatif, menuangkannya dalam dokumen, membentuk tim pelaksana, mengadakan rapat tim, melakukan publikasi, mengeksekusi acara, dan yang terakhir, melakukan evaluasi. Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa MICE merupakan sebuah industri, sementara Event Organizer adalah pelaksana acara.
Manfaat Outbound pada Anak
Pada era modern ini, kegiatan outbound semakin dilirik oleh berbagai instansi, mulai dari Taman Kanak-Kanak hingga SMA, sebagai salah satu bentuk pembelajaran di luar kelas. Umumnya, outbound dilakukan di luar ruangan, terutama dalam program-program petualangan. Banyak manfaat yang diperoleh setiap anak setelah mengikuti outbound, dan yang paling mencolok adalah pengalaman luar biasa yang didapat baik secara individu maupun tim. Kegiatan outbound melatih kemandirian anak dan memberikan berbagai manfaat, di antaranya:
1. **Menumbuhkan kepercayaan diri**: Anak merasa bangga dan percaya diri ketika berhasil menyelesaikan rintangan yang diberikan.
2. **Membangun kerjasama dan mengembangkan kemampuan sosial**: Setiap kegiatan outbound menciptakan interaksi sosial antar anak, yang secara tidak langsung membangun komunikasi dan kerjasama.
3. **Meningkatkan kemampuan motorik anak**: Kemampuan motorik dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu motorik kasar dan motorik halus, yang dapat dikembangkan melalui program-program outbound.
Terdapat beberapa metode pembelajaran dalam outbound yang dapat digunakan agar program ini tepat sasaran bagi anak, salah satunya adalah metode Experiential Learning. Metode ini tidak sekadar bermain, tetapi mengedepankan pembelajaran yang menekankan pada tantangan dan pengalaman, dilanjutkan dengan refleksi terhadap hasil pembelajaran dari pengalaman tersebut. Dengan pengalaman yang terstruktur dalam aspek fisik, emosional, dan intelektual, pemilihan aktivitas disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, serta refleksi personal, metode ini juga melibatkan kesempatan belajar dari konsekuensi, kesalahan, kegagalan, dan kesuksesan.
Experiential Learning itu apa sih???
Banyak pertanyaan mengenai apa itu experiential learning. Experiential learning didefinisikan sebagai proses belajar di mana pengetahuan diperoleh melalui pengalaman, yang mengombinasikan pemahaman dengan kegiatan yang dilakukan. Dalam metode experiential learning, media pembelajaran yang digunakan adalah pengalaman setiap individu yang mengikutinya. Umumnya, experiential learning banyak diterapkan oleh penggiat aktivitas luar ruang, yang tidak hanya sekadar bermain, melainkan menggunakan metode pembelajaran yang menekankan pada tantangan dan pengalaman, diikuti dengan refleksi terhadap hasil pembelajaran yang diperoleh dari pengalaman tersebut.
David Kolb (1984) mendefinisikan experiential learning sebagai model pembelajaran holistik, di mana individu belajar, berkembang, dan bertumbuh. Penggunaan istilah experiential learning dimaksudkan untuk menekankan bahwa pengalaman memiliki peran penting dalam proses pembelajaran, yang menjadikannya berbeda dari model pembelajaran lainnya, seperti teori pembelajaran kognitif atau behaviorisme.
Association for Experiential Education (AEE) mendefinisikan experiential learning sebagai falsafah dan metode di mana pendidik memotivasi peserta didik untuk terlibat secara langsung, dengan meningkatkan pengetahuan yang difokuskan pada refleksi serta peningkatan keterampilan. Menurut Beard & Wilson (2006), experiential learning merupakan proses di mana individu menciptakan makna dari keterlibatan dalam aktivitas di antara dunia dalam lingkungan belajar dan dunia luar.
Dengan demikian, terjadi interaksi antara pembelajaran dan lingkungannya. Pendidik atau fasilitator bertugas untuk meningkatkan pola pembelajaran guna memperkaya pengalaman peserta didik, yang pada akhirnya menghasilkan pembelajaran yang bermakna.
Hal-hal yang ditekankan dalam metode experiential learning meliputi pengalaman yang terstruktur dalam pembelajaran fisik, emosional, dan intelektual; pemilihan aktivitas dan pengalaman yang sesuai dengan tujuan pembelajaran; refleksi pribadi terhadap pembelajaran; serta penggunaan kesempatan belajar dari konsekuensi, kesalahan, kegagalan, dan kesuksesan.
Demikianlah pengertian sederhana mengenai experiential learning.